Kamis, 15 September 2011

PENGERTIAN, PRINSIP DAN FUNGSI ADMINISTRASI GEREJA

1.     Apa itu Administrasi?

Kata administrasi berasal dari kata ad dan ministro (Latin) yang berarti “melayani atau menyelenggarakan” (Webster, 1974). Definisi  administrasi adalah suatu proses kegiatan penyelenggaraan yang dilakukan oleh seorang administrator secara teratur dan diatur  melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.


2.     Apa itu Gereja?

Secara formal, Ronald W. Leigh (1988) mendefinisikan gereja sebagai kumpulan orang-orang yang diselamatkan, orang-orang yang disebarkan untuk menginjili yang tersesat, orang-orang yang dikumpulkan untuk saling membangun, dan orang-orang yang dikelompokkan kembali dalam berbagai lembaga untuk melaksanakan pelayanan-pelayanan khusus.


3.     Apa itu Administrasi Gereja?

Administrasi gereja adalah proses  penyelenggaraan secara teratur kegiatan gereja melalui tahap percencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan penginjilan, pembinaan, dan pelayanan sosial.

4.     Apa Tujuan (-tujuan) Gereja?

Tujuan gereja –istilah ini sering kali digunakan secara tumpang tindih dengan fungsi dan misi gereja-- ada tiga
a.     Penginjilan – memberitakan Injil, supaya semua orang mendengar, percaya, dan menerima Injil
b.   Pembinaan – orang yang sudah percaya (Kristen) bertumbuh kerohaniannya, menjadi dewasa imannya, karakter dan sifat-sifatnya menjadi seperti Kristus
c.   Pelayanan sosial (diakonia) – orang miskin yang belum atau sudah percaya perlu dibantu agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya yang pokok

5.     Bagaimana Administrasi Gereja Diselenggarakan?

Administasi gereja dapat diselenggarakan dengan terlebih dahulu memahami fungsi dan prinsip administrasi gereja

a.     Fungsi administrasi gereja
Administrasi gereja akan berhasil mencapai tujuan organisasi apabila seluruh fungsi administrasi dapat diberdayakan dan dilaksanakan secara optimal. Fungsi-fungsi administrasi pada umumnya dapat dibedakan sebagai:
A.   perencanaan (planning),
B.   penyusunan staf (stafing),
C.   pengorganisasian (organizing),
D.   pengawasan (controling),
E.    pengarahan (directing),
F.    penganggaran (budgeting), dan
G.   pengevaluasian (evaluating).

b.    Prinsip administrasi gereja
Prinsip atau hal-hal yang harus menjiwai administrasi gereja ialah:
A.   Asas norma (Alkitab harus menerangi administrasi gereja)
B.   Asas ketepatan dan kesesuaian
C.   Asas fleksibilitas
D.   Asas dialektik (perpaduan) pengetahuan, ketrampilan, dan seni

6.     Siapa yang Menyelenggarakan Administrasi Gereja?

Administrasi gereja diselenggarakan oleh semua anggota gereja dan diorganisir oleh pemimpin gereja. Karena itu selain memiliki kompetensi (kemampuan) rohani, pemimpin gereja perlu memiliki kompetensi (kemampuan) rohani.



7.     Aplikasi Fungsi Perencanaan

Perencanaan dapat diartikan sebagai proses atau rancangan mengenai berbagai hal yang akan dikerjakan. Pada tahap ini pemahaman dan penguasaan  rumus 5 W + 1 H akan sangat membantu administrator dalam membuat perencanaan. Apa (what) yang harus dikerjakan atau dicapai, kapan (when) mengerjakannya, di mana (where) mengerjakannya, kenapa (why) mengerjakannya, siapa (who) yang mengerjakannya, dan bagaimana mengerjakannya.
         Karena  merupakan inti administrasi maka tujuan (visi) harus disosialisasikan dengan baik. Satu metode yang diinstruksikan Tuhan kepada nabi Habakuk untuk mensosialisasikan  penglihatan (visi, tujuan) yang akan dicapai terdapat dalam Habakuk 2:2.  Lalu Tuhan menjawab aku demikian: “Tuliskanlah penglihatan itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya”. Dengan demikian tujuan (visi) perlu dituliskan berbentuk “prasasti” dan dipajang pada tempat strategis dan terbuka sehingga setiap orang yang terlibat dalam administrasi gereja selalu mengingat dan termotivasi untuk mencapainya.


8.     Bagaimana menyusun perencanaan?

a.        Perencanaan dimulai dengan evaluasi
Dalam penyusunan rencana-rencana program, organisasi, rapat atau kegiatan (baru atau yang sudah ada tetapi harus diubah), hal pertama yang harus dilakukan ialah mengevaluasi keadaan sekarang ini dalam norma-norma Alkitab, dan dengan demikian kita merumuskan kebutuhannya.
b.       Perencanaan pada tujuan-tujuan yang jelas
Bila kita telah menentukan kebutuhan, maka kita telah menentukan tujuannya. Tujuan merupakan pernyataan positif tentang apa yang kita harapkan terjadi bila telah menerapkan rencana-rencana itu. Jika tujuan sudah jelas, tugas berikutnya adalah mendeskripsikan (membuat) tujuan-tujuan atau sasaran spesifik dan konkrit. Deskripsi ini mungkin meliputi:
  • Jadwal pertemuan
  •  Pemilihan bahan-bahan kurikulum
  •  Daftar proyek dan pengurusnya
  •  Daftar topic diskusi/tema kotbah
  •  Daftar lokasi kegiatan
  •  Daftar pembagian tugas
  • Penyusunan anggaran
  • Dan rincian-rincian/daftar lainnya

c.        Perencanaan berakhir dengan evaluasi
Setelah rencana-rencana dilaksanakan dan sebuah program baru berjalan untuk beberapa waktu, keberhasilannya harus dievaluasi. Dalam melakukan evaluasi, pertanyaan mendasar yang harus diajukan adalah: “Seberapa jauh kebutuhan telah terpenuhi?”

9.     Aplikasi Fungsi Budgeting (Anggaran)

Sama seperti lembaga-lembaga atau organisasi lainnya, agar gereja dapat menjalankan program-programnya (mencapai tujuan) maka mereka perlu didukung oleh dana yang cukup. Idealnya, dana pendukung ini didapatkan dari gereja itu sendiri, bukan dari gereja atau pihak-pihak lain. Gereja-gereja besar yang telah mapan dan lokasinya berada di kota biasanya tidak mempunyai masalah dengan dana. Mereka malah dapat menyantuni gereja-gereja lain yang programnya terhambat karena tidak tersedianya dana. Dalam kenyataannya banyak juga gereja-gereja, terutama yang lokasinya berada di pinggiran kota dan pedesaaan sering kali terbentur oleh ketiadaan dana. Posisi gereja berdasarkan pengadaan dananya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.        Sebagian Gereja relatif tidak mempunyai sumber yang memadai di bidang finansial. Sekecil apapun dana yang diperlukan, gereja tidak dapat memenuhinya. Gereja pada posisi ini biasanya menggantungkan harapan pada pihak lain yang dapat memberikan santunan (sumbangan). Kalau ada pihak yang bersedia menyantuni program mereka bisa terlaksana tetapi kalau tidak ada, program mereka relatif tidak dapat terselenggara alias jalan di tempat.
b.       Sebagian Gereja mempunyai sumber yang memadai di bidang finansial tetapi administrator gereja tidak mampu menggalinya. Dengan posisi seperti itu gereja setempat cenderung akan mengambil sikap menunggu dan menunggu atau malah meniru gereja dengan posisi butir a mengharapkan dan meminta pihak lain yang akan mengulurkan tangan untuk memfalisitasi progam mereka.
c.        Ada juga Gereja mempunyai sumber yang memadai dan administrator gereja telah berusaha menggalinya tetapi sumber itu (warga jemaat) ragu-ragu untuk mengeluarkan dana karena “tidak beriman” atau “tidak mau tau” mengenai program gereja. Jadi, pengalamannya tidak berbeda dengan posisi butir a dan b.
d.       Selebihnya, Gereja yang mempunyai sumber yang memadai dan terbuka untuk mendukung sepenuhnya program gereja. Gereja dengan posisi seperti ini biasanya menjadi tumpuan harapan bagi gereja-gereja lain yang mengalami masalah pendanaan program.

         Apa yang ingin disampaikan dengan mengetengahkan fungsi anggaran ini ialah administrasi gereja sebaiknya menggunakan asas akuntabel, tranparansi, prioritas, mandiri, dan berkeseimbangan. Akuntabel berarti penerimaan dan penggunaan dana dapat dipertanggungjawabakan. Transparasi berarti pengelolaan uang menggunakan sistem terbuka. Mandiri mempunyai pengertian bahwa pendanaan program (kegiatan) gereja setempat digali dari dirinya sendiri, tidak bergantung pada pihak lain. Prioritas mengacu pada pemenuhan kebutuhan yang paling mendesak,  sedangkan asas berkeseimbangan mengharapkan bahwa semua program (kegiatan) mendapatkan pendanaan yang layak.

Jumat, 02 September 2011

TUNTUTAN DAN DUKUNGAN, SUMBER ENERGI BAGI ORGANISASI

Pada hakekatnya, eksistensi (keberlangsungan) suatu organisasi sangat tergantung pada energi yang diterima. Energi atau yang lazim disebut sebagai input (masukan) ini dapat dibedakan sebagai tuntutan dan dukungan. Apabila energi itu diterima dalam keadaan seimbang, organisasi dapat menjalankan tugas-tugas (fungsi-fungsi)-nya dan akan sukses menggulirkan output (keluaran) berupa keputusan atau kebijaksanaan yang diharapkan oleh masyarakat dan lingkungan.
                Apakah yang dimaksud dengan tuntutan dan dukungan? Tuntutan selalu mengacu pada kelangkaan sumber dan keterbatasan kemampuan untuk mendapatkan sumber yang dimaksud. Sebagaimana kita ketahui dalam masyarakat terdapat kebutuhan yang hendak dipuaskan, misalnya saja kebutuhan intelektual, politik, sosial, ekonomi dan sebagainya. Berdasarkan kebutuhan itu masyarakat membentuk organisasi yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan mereka secara memuaskan. Dengan kata lain, masyarakat menuntut organisasi yang dibentuknya itu, untuk memenuhi kebutuhan mereka di bidang tertentu.
                Dukungan pada intinya adalah setiap energi kontribusi (sumbangan) yang diberikan oleh lingkungan terhadap organisasi. Jika mendapat dukungan yang cukup, organisasi akan dapat melaksanakan tugas-tugas (fungsi-fungsi)-nya dengan baik. Dukungan yang dimaksud, tidaklah semata-mata dukungan nyata yang tampak dari luar, tetapi juga dukungan dalam bentuk tingkah laku “batiniah” berupa pandangan,  atau suasana pikiran. Suasana pikiran yang mendukung merupakan suatu kumpulan sikap atau kecenderungan yang kuat, atau kesediaan untuk bertindak demi orang lain. Hal ini dapat terkesan secara jelas melalui kesetiaan seseorang pada suatu organisasi, keterikatan seseorang pada suatu asas, atau semangat juang yang tampak.
                Bagaimana relevansinya dengan Badan Pekerja Daerah Gereja Bethel Indonesia Sumatera Utara yang kita cintai? Barangkali pemaparan singkat di atas dapat dijadikan sebagai alat menganalisis apa yang terjadi di BPD-GBI Sumut sebagai sebuah organisasi. Tidak berbeda dengan organisasi lainnya, eksistensi (keberlangsungan) BPD-GBI Sumut sangat tergantung pada tuntutan dan dukungan yang berasal dari lingkungan internal dan lingkungan eksternalnya. BPD-GBI Sumut akan suskses dalam menjalankan tugas (fungsi)-nya apabila mendapat tuntutan dan dukungan yang seimbang. Bahwa harapan (kata lain, tuntutan) agar BPD-GBI Sumut  memberdayakan, menyemangati, dan mensinergikan lingkungan internal (baca: masyarakat GBI di Sumatera Utara) dan lingkungan eksternalnya (pemerintah dan masyarakat pada umumnya) akan tercapai apabila mendapat dukungan yang cukup.
                Dalam hal ini, dukungan yang diharapkan mengalir secara internal ke BPD-GBI Sumut tidak hanya berupa tingkah laku batiniah, misalnya keyakinan terhadap Alkitab dan Tata Gereja, pemahaman terhadap ajaran dasar GBI, semangat untuk mendirikan/membentuk jemaat baru, semangat untuk menduduki posisi organisasi, keterlibatan dalam even-even tertentu (seperti keikutsertaan dalam acara sidang majelis daerah), kesediaan memberikan saran/pandangan yang membangun, dan kesediaan untuk mengaplikasikan pengakuan iman pada kehidupan sehari-hari. Tetapi juga tidak kalah penting, dukungan ril berupa tindakan memberikan iuran pejabat,  ekstra kolekte dan sumbangan lainnya secara tepat dan teratur.
                Untuk mengukur dukungan berupa tingkah laku batiniah yang didapatkan oleh BPD-GBI Sumut memang relatif lebih sulit. Hal ini terutama karena instrumen yang mampu mengukur dukungan berupa tingkah laku batiniahnya belum pernah dibuat secara konkrit. Oleh karena itu, tulisan ini juga merupakan wacana dan sekaligus sebagai tantangan kepada lingkungan internal GBI Sumut khususnya dan GBI  pada umumnya, agar menciptakan sebuah instrumen untuk mengukur, indikasi apa yang kita dapatkan sehubungan dengan isu dukungan terhadap organisasi (baca: GBI). Dan lebih jauh, apakah warga GBI benar-benar setia kepada Tuhan, Alkitab, Tata Dasar, Pengakuan Iman, Ajaran Dasar, dan organisasi (BPH, BPD, BPW dan Jemaat lokal)? Perlu dirumuskan norma-norma, asumsi dasar, indikator-indikator, analisis dan kesimpulannya.
                Kembali pada masalah dukungan di atas. Bagaimana dengan dukungan ril berupa tindakan memberi iuran pejabat, ekstra kolekte, dan sumbangan lainnya? Ini memang relatif lebih mudah untuk diukur. Kita tinggal memproyeksikan angka-angka dari data yang tersedia. Sebagai contoh untuk tahun anggaran 2009/2010, BPD-GBI Sumatera Utara membutuhkan dukungan (berupa dana) sebesar Rp 144.200.000. Sebenarnya angka ini cukup kecil dibandingkan organisasi BPD-GBI Sumut yang relatif besar dan menurut opini masyarakat adalah organisasi kegerejaan yang ‘kaya’.

SUKSES DALAM PERGAULAN


Pendahuluan
Perlunya pergaulan dan bergaul tidak diragukan lagi. Pergaulan yang baik dan benar dapat memberi keuntungan dalam kehidupan kita. Hal ini dinyatakan oleh Alkitab. Contohnya dapat kita lihat dalam Amsal 27:17  “Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya”. Artinya, seseorang  itu diberdayakan oleh teman-temannya. Juga dalam Amsal 4: 9-10 Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!
Kedua pernyataan di atas menjelaskan bahwa orang  yang dengannya kita bergaul dapat memberikan keuntungan bagi kita. Sebaliknya, kalau kita tidak bergaul kita akan terisolir dan akan menanggung kerugian-kerugian tertentu.

1.      Mengapa kita perlu bergaul? Apa Keuntungan Dari Pergaulan?
a.                   Keuntungan (manfaat) pergaulan
ü  Kita akan diberdayakan Amsal 27:17
ü  Sahabat dapat memberi bantuan, Amsal 4:9-10

b.                   Kerugian (akibat) karena tidak bergaul/kurang pergaulan (kuper)
ü  Kurang berdaya, Amsal 27:17
ü  Sulit untuk meraih cita-cita. Tidak mendapat bantuan, Amsal 4:9-10

2.      Dengan Siapa Kita Perlu Bergaul?
a.      Pertama-tama, bergaullah dengan Allah
ü  Henok (Kej 5:24) dan Nuh (Kej 6:9) bergaul dengan Allah,
ü  Tuhan bergaul dengan orang yang takut akan Dia, Mzm 25:14
ü  Kita adalah sahabat Yesus, Yoh 15:15. Agar menjadi seorang sahabat, kita harus bergaul.

b.      Kedua, bergaul dengan sesama. Tetapi hati-hati, kita perlu bijaksana menentukan orang yang dengannya kita bergaul. Dengan orang yang bagaimana kita patut bergaul? Pergaulan akan membentuk kepribadian kita,”besi menajamkan besi” karena itu bergaullah dengan
ü  Orang yang takut akan Tuhan
ü  Orang yang bijak, Amsal 13:20

c.       Pergaulan yang buruk akan merusak kebiasaan (kepribadian) yang baik (1 Kor 15:33). Karena itu janganlah  bergaul dengan:
ü  Orang bebal, Amsal 13:20
ü  Orang yang bocor mulut (suka ngomong ngelantur) Amsal 20:19
ü  Pelahap (suka makan tanpa aturan), Amsal 28:7
ü  Orang-orang cabul, 1 Kor 5:9,11

3.      Bagaimana Kita Harus Bergaul?
a.      Prinsip pergaulan adalah
ü  “Mempermuliakan Allah”, 1 Kor 10:31
ü  “Membangun citra diri”, menjadi seperti Kristus
ü  “Menjadi berkat bagi orang lain”

b.      Sifat-sifat yang harus dimiliki dalam pergaulan
ü  Ramah, Efs 4:32
ü  Peduli, tidak egois, Flp 2:4
ü  Sopan, Rm 13:13
ü  Jujur,  dapat dipecaya, Tit 2:7
ü  Berempati, Rm 12:12
ü  Suka menolong, mau berbagi
ü  Setia

c.       Sifat-sifat yang harus dihindarkan dalam pergaulan (bnd 2 Tim 3:1-5)
ü  Sombong (Rm 11:20), menyombongkan diri (1 Kor 4:6)
ü  Egois, mementingkan diri sendiri
ü  Pemarah
ü  Suka berbohong
ü  Menyebar-nyebar gosip
ü  Pembual

*) Disajikan dalam acara “Seminar Pemberdayaan Pemuda/Remaja GBI Sei Bamban. Kamis 1 September 2011 di GBI Sei Bamban, Serdang Bedagai, Sumatera Utara.

HIKMAT, KEBERHASILAN, DAN KEBAHAGIAAN


Nas: AMSAL 3:13-18
Pendahuluan
Apakah kita ingin mengalami keberhasilan? Berhasil mengikut Yesus, berhasil dalam usaha/pekerjaan? Berhasil dalam membina keluarga? Berhasil meraih cita-cita? Alkitab menyatakan rahasia untuk mengalami keberhasilan: “yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat.” (Ams 10:10)
Hikmat yang akan membuat kita berhasil. Keberhasilan akan mendatangkan kebahagiaan. Hikmat mendatangkan kedua-duanya: keberhasilan dan kebahgiaan. Bagaimana hikmat mendatangkan kedua hal itu dalamhidup kita?

1.       Keunggulan/kelebihan hikmat – Apa keistimewaan hikmat?
a.       Keuntungannya melebihi keuntungan perak, emas, dan permata
b.      Apapun tidak ada yang dapat menyamainya
c.       Umur panjang ada di tangan kanannya
d.      Kekayaan dan kehormatan di tangan kirinya
e.      Jalan-jalannya penuh bahagia dan sejahtera
f.        Pohon kehidupan yang mendatangkan kebahagiaan

2.       Sumber hikmat – Di mana kita bisa memperoleh hikmat?
Pada awalnya, sumber satu-satunya hikmat adalah Allah. Allah memberikan sebagian hikmat-Nya kepada manusia. Tetapi karena kejatuhan manusia ke dalam dosa, hikmat yang dimilikinya juga ikut tercemar. Dengan demikian kita membedakan dua macam hikmat:
a.       Hikmat Allah (hikmat yang murni)
b.      Hikmat manusia (hikmat yang tercemar)

3.       Cara untuk memperoleh hikmat – Apa yang harus kita buat?
a.       Mintalah kepada Allah (sumber hikmat yangmurni), Yak 1:5
b.      Takutlah akan Tuhan, Mzm 111:10; Ams 9:10
c.       Tongkat dan teguran (firman dan pengajaran), Ams 29:15; Ibr 12:6; Why 3:19
d.      Rendah hati (buah roh), Ams 11:2

JANGAN TIDAK PERCAYA LAGI, MELAINKAN PERCYALAH

Judul di atas merupakan penggalan percakapan antara Tuhan Yesus dengan Tomas, salah seorang murid-Nya. Injil Yohanes mencatat bahwa sesudah bangkit dari kematian, Tuhan Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya. Lantas, mereka yang telah bertemu dengan-Nya, menceritakan pengalaman tersebut kepada Tomas. Bahwa Sang Rabuni (Guru) telah bangkit! Tetapi entah kenpa Tomas tidak percaya.
Tetapi Yesus mengetahui bahwa Tomas tidak percaya. Saya suka mennggunakan istilah menunda untuk menggantikan istilah tidak percaya. Tomas menunda untuk mempercayai kebangkitan Yesus sampai memperoleh bukti yang otentik. Dan ini menimbulkan keprihatinan Yesus. Adalah suatu ironi bilamana murid-murid (baca: orang Kristen) tidak percaya akan apa yang dijanjikan-Nya. Sebab, iman atau kepecayaan terhadap Tuhan merupakan hal terpenting selain pengharapan dan kasih dalam kehidupan umat manusia. Sebuah keputusan yang harus dijalankan adalah orang benar (Orang Kristen) hidup oleh iman. Karena itu, Tuhan Yesus selalu berupaya supaya umat-Nya percaya akan apa yang dikatakan dan apa yang diperbuat-Nya. Sama seperti yang Ia harapkan  dari Tomas. Dengan sengaja Ia memperlihatkan diri dan menyuruh Tomas untuk menyaksikan bekas luka di dada-Nya sebagai bukti. Sepertinya, Yesus mempunyai pertimbangan, kalau hal itu akan membuat Tomas percaya, mengapa tidak dilakukan?
Akibat Tidak Percaya
            Salah satu persoalan penting dalam kekristenan adalah bagaimana supaya kita tetap percaya (beriman) kepada Tuhan Yesus Kristus. Ancaman terbesar terhadap orang Kristen sebenarnya tidak berasal dari luar  tetapi dari dalam kekritenan itu sendiri yaitu ketidakpercayaan terhadap apa yang dijanjikan dan apa yang diperintahkan Tuhan untuk dilakukan oleh umat-Nya. Secara tegas Alkitab mencatat beberapa peritiwa sebagai akibat ketidakpercayaan ini, misalnya di Nazaret, tempat Yesus dibesarkan, Ia tidak banyak membuat mujizat di tempat itu (Matius 13:58).
            Selain tidak mengalami mujizat, ketidakpercayaan juga akan mengakibatkan ketidaksiapan untuk menyampaikan permohonan kepada Allah. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru (berdoa) kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? (Roma 10:14).

Sabtu, 18 September 2010

HIDUP DI DALAM KEKUDUSAN

Pendahuluan:
Baru-baru ini saya menemukan sebuah sensasi mengenai kedatangan Tuhan yang kedua kali atau yang lebih dikenal sebagai bagian dari eskatologi. Sensasi yang bisa kita baca di salah satu webside itu dengan jelas dan berani mematok bahwa kedatangan Tuhan Yesus akan berlangsung pada tanggal 21 Oktober 2011 pada saat bangsa Israel merayakan Hari Raya Pondok Daun. Sebelumnya, ramalan atau perkiraan akan kedatangan Tuhan sudah berkali-kali dibuat oleh pihak-pihak tertentu, trmasuk di antaranya oleh kelompok yang menamakan dirinya Peniup Sangkakala di era 90-an. Tetapi ternyata bahwa ramalan atau perkiraan itu meleset alias tidak tepat. Tuhan Yesus yang dijanjikan akan datang untuk menghakimi setiap manusia tidak muncul-muncul seperti yang dikampanyekan. Apakah ramalan kali ini akan terjadi, Allah jualah yang maha mengetahui.
Terlepas dari tepat tidaknya ramalan itu saya ingin menyampaikan sebuah proposisi tentang kebednaran yang sejatinya mewarnai kehidupan kita sebagai orang percaya. Proposisi itu ialah: Hiduplah dalam persekutuan yang erat dengan Tuhan; peliharalah iman, pengharapan, dan   kasih di dalam kekudusan. Proposisi itu dapat diimplementasikan dengan cara sebagai berikut